Selasa, 15 Maret 2011

Prosedur Menganalisis Tingkah Laku


PROSEDUR MENGANALISIS TINGKAH LAKU

A.      Pengertian Tingkah Laku
Dalam sebuah buku yang berjudul “Perilaku Manusia” Drs. Leonard F. Polhaupessy, Psi. menguraikan perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti orang berjalan, naik sepeda, dan mengendarai motor atau mobil. Untuk aktifitas ini mereka harus berbuat sesuatu, misalnya kaki yang satu harus diletakkan pada kaki yang lain. Jelas, ini sebuah bentuk perilaku. Cerita ini dari satu segi. Jika seseoang duduk diam dengan sebuah buku ditangannya, ia dikatakan sedang berperilaku.  Ia sedang membaca. Sekalipun pengamatan dari luar sangat minimal, sebenarnya perilaku ada dibalik tirai tubuh, didalam tubuh manusia.
Dalam buku lain diuraikan bahwa perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas manusia dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar (Notoatmodjo 2003 hal  114). Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu, perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori skiner disebut teori “S - O - R” atau Stimulus – Organisme – Respon. Skiner membedakan adanya dua proses, antara lain ;
1.      Respondent respon atau reflexsive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut electing stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relative tetap. Misalnya : makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respon ini juga mencakup perilaku emosinal misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya ddengan mengadakan pesta, dan sebagainya.
2.      Operant respon atau instrumental respon, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atsannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya
Berdasarkan dari pendapat para ahli tersebut diatas Perilaku atau tingkah laku menurut kami adalah suatu perbuatan/tindakan dan perkataan seseorang yang sifatnya dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya. Dengan bahasa latinnya tingkah laku bisa disebut juga dengan Behavior. Dan perilaku mempunyai beberapa dimensi, diantaranya adalah :
1.    Fisik (dapat diamati, digambarkan dan dicatat baik frekuensi, durasi dan intensitasnya) .
2.    Ruang  (suatu perilaku mempunyai dampak  kepada lingkungan (fisik maupun sosial) dimana perilaku itu  terjadi).
3.    Waktu (suatu perilaku mempunyai  kaitan dengan masa lampau maupun masa yang akan datang )

B.       Sifat-Sifat Perilaku
Perilaku diatur oleh prinsip dasar perilaku yang menjelaskan bahwa ada hubungan antara perilaku manusia dengan peristiwa lingkungan. Perubahan perilaku dapat diciptakan dengan merubah peristiwa didalam lingkungan yang menyebabkan perilaku tersebut dan dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua sifat,yaitu :
1.      Sifat Covert artinya perilaku yang tertutup atau tersembunyi (hanya dapat diamati oleh orang yang melakukannya).
2.      Sifat Overt artinya perilaku yang terbuka atau nampak dan sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice) atau dapat diamati dan dicatat.
Diatas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang. Faktor factor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua factor yaitu :
1.      Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
2.      Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, fisik, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering menjadi factor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang. (Notoatmodjo, 2007 hal 139)

C.       Proses Terjadinya Perilaku
Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
1.      Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui setimulus (objek) terlebih dahulu
2.      Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
3.      Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi
4.      Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru
5.      Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng (long lasting). Notoatmodjo, 2003 hal 122)

D.      Analisis Tentang Teori Behavioristik
Behavioristik atau Aliran Perilaku (juga disebut Perspektif Belajar) adalah filosofi dalam psikologi yang berdasar pada proposisi bahwa semua yang dilakukan organisme (termasuk tindakan, pikiran, atau perasaan) dapat dan harus dianggap sebagai perilaku. Aliran ini berpendapat bahwa perilaku demikian dapat digambarkan secara ilmiah tanpa melihat peristiwa fisiologis internal atau konstrak hipotetis seperti pikiran. Behaviorisme beranggapan bahwa semua teori harus memiliki dasar yang bisa diamati tapi tidak ada perbedaan antara proses yang dapat diamati secara publik (seperti tindakan) dengan proses yang diamati secara pribadi (seperti pikiran dan perasaan).
Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku dimana reinforcement dan punishment menjadi stimulus untuk merangsang pebelajar dalam berperilaku. Pendidik yang masih menggunakan kerangka behavioristik biasanya merencanakan kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun secara hirarki, dari yang sederhana sampai yang komplek (Paul, 1997).
Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Namun dari semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner.
Teori behavioristik banyak dikritik karena seringkali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau belajar yang dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus dan respon.
Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan pebelajar untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa pebelajar menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar, proses belajar tidak sekedar pembentukan atau shaping.
Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung teori behavioristik memang tidak menganjurkan digunakannya hukuman dalam kegiatan pembelajaran. Namun apa yang mereka sebut dengan penguat negatif (negative reinforcement) cenderung membatasi pebelajar untuk berpikir dan berimajinasi.
Menurut Guthrie hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar. Namun ada beberapa alasan mengapa Skinner tidak sependapat dengan Guthrie, yaitu:
·       Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara;
·       Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa si terhukum) bila hukuman berlangsung lama;
·       Hukuman yang mendorong si terhukum untuk mencari cara lain (meskipun salah dan buruk) agar ia terbebas dari hukuman. Dengan kata lain, hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang kadangkala lebih buruk daripada kesalahan yang diperbuatnya.
Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat negatif. Penguat negatif tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang muncul berbeda dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama menjadi semakin kuat. Misalnya, seorang pebelajar perlu dihukum karena melakukan kesalahan. Jika pebelajar tersebut masih saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus ditambahkan. Tetapi jika sesuatu tidak mengenakkan pebelajar (sehingga ia melakukan kesalahan) dikurangi (bukan malah ditambah) dan pengurangan ini mendorong pebelajar untuk memperbaiki kesalahannya, maka inilah yang disebut penguatan negatif. Lawan dari penguatan negatif adalah penguatan positif (positive reinforcement). Keduanya bertujuan untuk memperkuat respon. Namun bedanya adalah penguat positif menambah, sedangkan penguat negatif adalah mengurangi agar memperkuat respons.

E.       Cara-cara Mempertahankan dan Mengurangi Perilaku yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan
1.         Cara Mempertahankan perilaku yang diharapkan :
a.      Melalui penguatan intrinsik. Caranya: sering melibatkan siswa pada kegiatan yang menyenangkan dan memberikan kepuasan dalam kaitannya dengan perilaku positif yang akan dipertahankan.
b.      Penguatan intermitten. Seperti disebutkan bahwa perilaku yang diharapkan frekuensinya akan meningkat dengan cepat apabila diberi penguat setiap kali perilaku tersebut muncul. Apabila munculnya perilaku tersebut sudah teratur, maka pemberian penguat dikurangi, yaitu pada kondisi tertentu saja.
2.         Cara mengurangi perilaku yang tidak diharapkan, antara lain :
a.      Extinction. Jangan memberikan penguat apapun terhadap perilaku yang tidak diharapkan.
b.      Cueing. Menggunakan bahasa isyarat seperti kontak mata, menaikkan alis mata, mendekati meja siswa dan berhenti di sana sampai perilaku yang tak diharapkan berhenti.
c.       Punishment. Ada pendapat bahwa hukuman tidak dapat menghentikan perilaku yang tidak diharapkan. Namun demikian kalau guru dapat menggunakan instrumen hukuman secara tepat maka hukuman tetap berguna.
Bentuk hukuman yang efektif :
1.      Mencela secara verbal singkat, saat itu juga, tanpa emosi, suara rendah, langsung mendekati siswa
2.      Memberi denda
3.      memberikan konsekuensi logis
4.      Time out, menempatkan siswa pada situasi yang membosankan
5.      Mengasingkan siswa ditempat tertentu sampai waktu yang ditentukan
Bentuk hukuman tidak efektif :
1.    Hukuman fisik
2.    Hukuman psikologis
3.    PR berlebihan
4.    Skorsing

F.        Langkah-langkah pendekatan behavioral
1.      menentukan masalah (perilaku yang tidak sesuai) - definisikan masalah
2.      menentukan tujuan konseling, untuk apa!
3.      mempertimbangkan alternatif-alternatif pemecahannya
4.      memilih satu altrernatif
5.      menentukan jadwal penguatan
6.      perjanjian dengan klien akan melakukan alternatif itu dengan sistem penguat
7.      pelaksanaan strategi/alternatif yang dipilih tadi
8.      evaluasi
9.      follow-up.

G.      Macam-macam pendekatan behavioral :
1.      Applied Behavior Analysis (ABA) (modifikasi perilaku, terapi perilaku, managemen kontingensi). Pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa problem-problem perilaku berasal dari situasi lingkungan masa lalu dan sekarang
Prosedur
:
a.       Jelaskan perilaku saat ini dan perilaku yang diharapkan secara jelas
b.      Kenali dan gunakan satu atau lebih penguat yang efektif
c.       Buat rencana perlakuan dengan menggunakan penguat untuk membentuk perilaku yang diharapkan
d.      Catat peningkatan frekuensi perilaku yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan
e.       Pantau efektivitas perlakuan dengan melihat perubahan perilaku dari waktu ke waktu, jika perlu lakukan modifikasi perlakuan
f.       Meminta siswa untuk mempraktekkan perilaku diharapkan yang sudah terbentuk ke berbagai situasi nyata
g.      Secara bertahap hentikan perlakuan dengan menggunakan penguatan intermitten.
2.      Functional Analysis & Positive Behavioral Support :
a.       Ajarkan perilaku yang diharapkan
b.      Secara konsisten perkuat perilaku yang diharapkan
c.       Ubahlah lingkungan kelas untuk meminimalkan kondisi yang dapat memicu munculnya perilaku yang tidak diharapkan
d.      Kembangkan rutinitas harian yang menjamin siswa merasa nyaman dan aman.
e.       Buka peluang agar siswa memiliki pilihan-pilihan untuk memperoleh hasil yang diinginkan
f.       Lakukan adaptasi terhadap kurikulum dan/atau pembelajaran untuk mengoptimalkan kesuksesan akademik siswa

H.      Syarat Kesuksesan Pendekatan Behavioristik :
1.      Titik berat perlakuan pada hubungan sebab-akibat
2.      Fokus pada proses belajar (kondisioning): membentuk dan melemahkan   perilaku
3.      Klien berkeinginan berperan secara aktif, dan mau diprogram
4.      Konselor menganalisa masalah klien untuk menemukan faktor penyebabnya.
5.      Ada hubungan baik antara konselor dan klien
Konselor harus melakukan analisis untuk menemukan hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan klien, misal lingkungan sosialnya, kebiasaan-kebiasaannya. Konselor harus bersikap tanggap, dan sikap tanggap ini akan terjadi bila terjadi hubungan baik. Hubungan baik ini merupakan social reinforcement. Oleh karena itu harus dikembangkan terlebih dulu. Kalau social reinforcment ini sudah dirasakan klien, maka biasanya klien bersikap lebih terbuka, dan klien lalu bisa memilih sendiri hal-hal yang dapat dilakukan yang dirasa menguntungkan, sehingga klien aktif merencanakan program behavior modification untuk dirinya.

I.         Kekuatan dan Kelemahan Pendekatan Behavioristik :
Kekuatan:
1.      Efektif untuk mengarahkan problem perilaku menjadi perilaku yang sesuai dengan harapan.
2.      Tepat untuk siswa yang tidak motivated

       Kelemahan :
1.      Membutuhkan waktu lama
2.      Kurang efektif untuk siswa yang kemampuan kognitifnya tidak memadai, sehingga         memerlukan bantuan pendekatan kognitif
3.      Pemberian penguat ekstrinsik menyebabkan siswa kurang tertarik pada pelajaran yang tidak ada penguatnya
4.      Guru harus menguasai dan mengetahui jenis penguat dan kapan penguat harus diberikan

Kamis, 03 Maret 2011

Teknik - teknik Memahami Murid


TEKNIK-TEKNIK MEMAHAMI MURID

PEMBAHASAN

A.  Definisi Istilah
Bimbingan merupakan suatu usaha bantuan yang diberikan kepada murid dalam rangka memcahkan masalah yang dihadapinya. Salah satu hal yang penting dalam memberikan bimbingan ialah memahami murid secara keseluruhan, baik masalah yang dihadapinya, maupun latar belakangnya. Dengan demikian murid akan memperoleh bantuan yang tepat dan terarah. Pemahaman murid ini merupakan salah satu langkah yang harus dilaksanakan oleh pembimbing.
Untuk dapat memahami murid dengan sebaik-baiknya, maka pembimbing perlu sekali mengumpulkan berbagai keterangan atau data tentang masing-masing murid. Data yang terkumpul akan menentukan tingkat pemahaman dan jenis bantuan yang akan diberikan. Oleh karena itu dalam rangka pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah pengumpulan data tentang murid merupakan salah satu program dan pelayanan bimbingan. Beberapa teknik pengumpulan data untuk memahami murid antara lain :
1.      Wawancara
2.      Observasi
3.      Angket atau daftar isian
4.      Sosiometri
5.      Pemeriksaan fisik dan kesehatan
6.      Test hasil belajar
7.      Tes psikologis
8.      Biografi
9.      Studi documenter, dan
10.  Studi kasus

B.  Pembahasan
Dari beberapa teknik pengumpulan data untuk memahami murid diatas akan kami uaraikan satu persatu pembahasannya antara lain :
1.      Wawancara atau Interview
wawancara atau sering disebut juga Interview mempunyai definisi suatu proses komunikasi interaksional antara dua pihak. Cara komunikasi yang dilakukan dengan dialog (Tanya-jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung yang mempunyai tujuan tertentu yang spesifik. Sebagai teknik pengumpulan data, wawancara mempunyai beberapa keuntungan dan kelemahannya untuk mengetahui lebih terkait pada adanya permasalahan dan mencari penyelesaiannya diantaranya :
a.    Keuntungan wawancara.
Sebagai teknik pengumpulan data, wawancara banyak sekali keuntungannya, antara lain :
1.         Wawancara meruapakan teknik yang htepat untuk mengungkapkan keadaan pribadi.
2.         Dapat dilaksanakan kepada setiap individu, setiap umur.
3.         Kerahasiaan pribadi lebih terjamin, dll
b.    Kelemahan wawancara.
Di samping keuntungan tersebut di atas, wawancara sebagai teknik pengumpulan data mengandung beberapa kelemahan, antara lain :
1.         Wawancara terlalu banyak memakan waktu dan mungkin pula tenaga dan biaya.
2.         Sangat tergantung kepada individu yang akan diwawancarai.
3.         Situasi wawancara mudah terpengaruh oleh situasi alam sekitar. dll
2.      Observasi
Observasi adalah suatu penyelidikan yang dijalankan secara sistematis dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indra terutama mata terhadap kejadian-kejadian yang langsung (Bimo Walgito, 1987:54). Observasi adalah suatu tehnik untuk mengamati secara langsung maupun tidak langsung gejala-gejala yang sedang/berlangsung baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah (Djumhur, 1985:51). Dilihat dari hubungan antara observer dengan observant (yang diobservasi), observasi dibagi berbagai hal diantaranya antara lain :
a. Macam-macam observasi
1. Menurut peranan observer
a.  Observasi Partisipan : observasi di mana observer ikut aktif didalam kegiatan observe.
b.  Observasi Non Partisipan : observasi dimana observer tidak ikut aktif di dalam bagian kegiatan observee (hanya mengamati dari jauh).
c.  Observasi Kuasi partisipasi : observasi dimana observer seolah-olah turut berpartisipasi yang sebenarnya hanya berpura-pura saja dalam kegiatan observee.
2. Menurut situasinya
a.  Free Situation : adalah observasi yang dijalankan dalam situasi bebas, tidak ada hal-hal atau faktor-faktor yang membatasi jalannya observasi.
b.  Manipulated Stuation : adalah observasi yang situasinya dengan sengaja diadakan. Sifatnya terkontrol (dalam pengontrolan observer).
c.  Partially Controlled Situation : adalah campuran dari keadaan observasi free situation dan manipulated situation.
3. Menurut sifatnya.
a. Observasi Sistematis : adalah observasi yang dilakukan menurut struktur yang berisikan faktor-faktor yang telah diatur berdasarkan kategori, masalah yang hendak di observasi.
b. Observasi Non Sistematis : adalah observasi yang dilakukan tanpa struktur atau rencana terlebih dahulu, dengan demikian observer dapat menangkap apa saja yang dapat di tangkap.
b. Alat Pencatat Observasi.
1.  Anecdotal Records : merupakan cara untuk melengkapi observasi, dalam mengadakan observasi pengamat dapat melakukan pencatatan tentang kejadian yang berlakudengan suatu kasus atau individu.
2. Check List : adalah suatu daftar pengamatan, dimana observer tinggal memberikan tanda check atau tanda-tanda lain terhadap ada tidaknya aspek-aspek yang di amati.
3. Rating Scale :  adalah alat pengumpul data yang dipergunakan dalam observasi untuk menjelaskan, menggolongkan, menilai individu atau situasi.
4. Mechanical Deviaces ( pencatatan dengan alat ) : dengan kemajuan tehnologi, memungkinkan observer menggunakan alat-alat yang lebih sempurna untuk mengadakan observasi, misalnya dengan alat potret, tape recorder dan lain-lain.
c.    Cara Mencatat Hasil Observasi
1.  Pencatatan secara langsung ( 0n the spot ) yaitu mencatat semua kejadian yang terjadi pada saat itu juga.
2. Pencatatan sesudah observasi berlangsung.
3.  Mencatat hasil observasi dengan menggunakan key words / key symbol. Merupakan paduan dari cara  langsung dan tidak langsung
d.   Kelebihan dan kekurangan Observasi
1.  Kelebihan Observasi
a.  Observasi merupakan teknik yang langsung dapat digunakan untuk memperhatikan.
b.  Berbagai gejala. Banyak aspek tingkah laku manusia ataupun situasi yang hanya dapat diteliti melalui observasi langsung.
c.  Observasi memungkinkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya suatu gejala atau kejadian yang penting.
d.  Observasi sangat baik dipergunakan sebagai teknik untuk melengkapi dan mencek fakta atau data yang diperoleh dengan alat pengumpul data lain.
e.  Dengan observasi observer tidak memerlukan bahasa verbal untuk berkomunikasi dengan obyek yang ditelaah.
2.  Kekurangan Observasi
a.  Banyak hal yang tidak dapat diungkap dengan observasi. Misalnya kehidupan pribadi seseorang yang sangat dirahasiakan.
b.  Apabila obyek observasi tahu bahwa dia sedang diobservasi, ia dapat melakukan kegiatannya dengan tidak wajar.
c. Observasi banyak tergantung dari faktor yang tidak terkontrol.
d. Faktor subyektif observer sukar dihindarkan.
e.  Timbulnya suatu kegiatan / kejadian yang hendak diobservasi tidak dapat dipastikan sehingga observer sukar menentukan waktu yang tepat untuk melakukan observasi
3.      Angket atau Daftar isian
Angket adalah suatu alat pengumpul data yang berupa serangkaian pertanyaan yang diajukan pada responden untuk mendapat jawaban (Depdikbud:1975). Angket adalah suatu daftar atau kumpulan pertanyaan tertulis yang harus dijawab secara tertulis juga (WS. Winkel, 1987). Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan komunikasi dengan sumber data (I. Djumhur, 1985).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan pengertian angket adalah suatu alat pengumpul data yang berupa serangkaian pertanyaan tertulis yang diajukan kepada subyek untuk mendapatkan jawaban secara tertulis juga.
Kelebihan dan kekurangan Angket
1.    Kelebihan Angket.
a.       Merupakan metode yang praktis, karena dapat dipergunakan untuk mengumpulkan data kepada sejumlah responden dalam jumlah yang banyak dan waktu yang singkat.
b.      Merupakan metode yang ekonomis, dari segi tenaga yang dibutuhkan.
c.       Setiap responden menerima sejumlah pertanyaan yang sama.
d.      Responden mempunyai kebebasan untuk memberikan keterangan
e.       Responden mempunyai waktu cukup untuk menjawab pertanyaan
f.       Pengaruh subyektif dapat dihindarkan.

2.    Kekurangan Angket.
a.         Sulit untuk mendapat jaminan bahwa responden akan memberikan jawaban yang tepat.
b.        Terbatas hanya pada responden yang bisa membaca dan menulis.
c.         Karena tidak berhadapan langsung dengan responden, maka bila ada pertanyaan yang kurang jelas, responden tidak dapat mendapatkan keterangan lebih lanjut.
d.        Bersifat kaku, karena pertanyaan-pertanyaan dalam angket telah ditentukan, sehingga tidak dapat diubah sesuai dengan keadaan sekitar.
e.         Sulit mendapatkan jaminan bahwa semua responden akan mengembalikan angket yang diberikan.
4.      Sosiometri
Sosiometri adalah alat yang tepat untuk mengumpulkan data mengenai hubungan-hubungan sosial dan tingkah laku sosial murid         (I. Djumhur dan Muh. Surya, 1985). Sosiometri adalah alat untuk meneliti struktur sosial dari suatu kelompok individu dengan dasar penelaahan terhadap relasi sosial dan status sosial dari masing-masing anggota kelompok yang bersangkutan (Depdikbud, 1975). Sosiometri adalah alat untuk dapat melihat bagaimana hubungan sosial atau hubungan berteman seseorang (Bimo Walgito, 1987).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan pengertian sosiometri  adalah suatu tehnik untuk mengumpulkan data tentang hubungan sosial seorang individu dengan individu lain, struktur hubungan individu  dan arah hubungan sosialnya dalam suatu kelompok.
a.      Macam Sosiometri   
Tes Sosiometri ada dua macam , yaitu :
1.      Tes yang mengharuskan untuk memilih beberapa teman dalam kelompok sebagai pernyataan kesukaan untuk melakukan kegiatan tertentu (criterium) bersama-sama dengan teman-teman yang dipilih.
2.      Tes yang mengharuskan menyatakan kesukaannya atau ketidaksukaannya terhadap teman-teman dalam kelompok pada umumnya.
Tes sosiometri jenis pertama paling sering digunakan di institusi-institusi pendidikan dengan tujuan meningkatkan jaringan hubungan sosial dalam kelompok,sedangkan jenis yang kedua jarang digunakan, dan inipun untuk mengetahui jaringan hubungan sosial pada umumnya saja.
b.      Kegunaan Sosiometri
Sosiometri dapat dipergunakan untuk :
1.      Memperbaiki  hubungan insani.
2. Menentukan kelompok kerja
3.   Meneliti kemampuan memimpin seseorang individu dalam kelompok tertentu untuk suatu kegiatan tertentu.
4.   Mengetahui bagaimana hubungan sosial / berteman seorang individu dengan individu lainnya.
5. Mencoba mengenali problem penyesuaian diri seorang individu dalam kelompok sosial tertentu.
6. Menemukan individu mana yang diterima / ditolak dalam kelompok sosial tertentu.
c.       Kelebihan dan kelemahan Sosiometri
1.  Kelebihan sosiometri
Dengan sosiometri kita dapat :
a.       Mengetahui hubungan sosial antar siswa.
b.      Meningkatkan hubungan sosial antar siswa.
c.       Menempatkan siswa dalam kelompok yang sesuai.  
d.      Menemukan siswa mana yang mempunyai masalah penyesuaian diri dengan kelompoknya.
e.       Membantu meningkatkan partisipasi sosial diantara siswa dengan penerimaan sosialnya.
f.       Membantu meningkatkan pemahaman siswa dalam pergaulan yang sedang dialami.
g.      Membantu konselor dalam menciptakan iklim sosial yang lebih baik dengan menyesuaikan program yang konstruktif.

2.   Kelemahan sosiometri.
a.       Sangat sulit dijamin kerahasiaannya, karena siswa cenderung saling mananyai pilihannya.
b.      Siswa memilih bukan atas dasar pertimbangan dengan siapa dia akan paling berhasil dalam melakukan pekerjaan, tetapi atas dasar rasa simpati dan antipati.
c.       Memerlukan waktu banyak / lama.

5.      Pemeriksaan Fisik dan Kesehatan
Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik klien untuk menentukan masalah kesehatan klien. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah :
a.       Inspeksi
Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan. Hasilnya seperti : Mata kuning (icteric), terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis), dll
b.      Palpasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui perabaan terhadap bagian-bagian tubuh yang mengalami kelainan. Misalnya adanya tumor, oedema, krepitasi (patah/retak tulang), dll.
c.       Auskultasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui pendengaran. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
d.      Perkusi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan mengetuk bagian tubuh menggunakan tangan atau alat bantu seperti reflek hammer untuk mengetahui reflek seseorang (dibicarakan khusus). Juga dilakukan pemeriksaan lain yang berkaitan dengan kesehatan fisik klien. Misalnya : kembung, batas-batas jantung, batas hepar-paru (mengetahui pengembangan paru), dll.
6.      Test Hasil Belajar
Tes hasil belajar adalah salah satu alat ukur yang paling banyak digunakan untuk mengetahui hasil belajar seseorang dalam proses belajar-mengajar atau suatu program pendidikan. Karena sedemikian banyak tes itu digunakan dalam dunia pendidikan, maka untuk memeperoleh data hasil belajar dapat dilakukan dengan memberikan test hasil belajar dengan langkah-langkah yang ditempuh ialah dengan mencari rata-rata seluruh nilai dalam raport untuk setiap murid.
Tujuan utama penggunaan tes prestasi  belajar adalah agar guru dapat membuat keputusan-keputusan seleksi dan klasifikasi serta menentukan keefektifan pengajaran. Tes ini meliputi :
1.         Tes diagnostik, yang dirancang agar guru dapat mengetahui letak kesulitan murid, terutama dalam berhitung dan membaca.
2.         Tes prestasi belajar kelompok yang baku.
3.         Tes prestasi belajar yang disusun guru
7.      Test Psikologis
Tes Psikologis atau lebih dikenal sebagai Psikotes adalah tes untuk mengukur aspek individu secara psikis. Tes dapat berbentuk tertulis, visual, atau evaluasi secara verbal yang teradministrasi untuk mengukur fungsi kognitif (perilaku manusia) dan emosional. Tes dapat diaplikasikan kepada anak-anak maupun dewasa. 
Dan Tes Psikologis mempunyai tujuan untuk digunakan mengukur berbagai kemungkinan atas bermacam kemampuan secara mental dan apa-apa yang mendukungnya, termasuk prestasi dan kemampuan, kepribadian, intelegensi, atau bahkan fungsi neurologis (ilmu kedokteran yang menangani kelainan pada sistem saraf) dan Tes Psikologi dapat dilakukan pada bermacam setting termasuk rekrutmen dalam perusahaan, mengetahui minat dan bakat anak/siswa, tujuan klinis, perkembangan anak, dll. 
8.      Biografi dan Catatan Harian
Biografi adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang. Sebuah biografi lebih kompleks daripada sekedar daftar tanggal lahir atau mati dan data-data pekerjaan seseorang, biografi juga bercerita tentang perasaan yang terlibat dalam mengalami kejadian-kejadian tersebut.
9.      Studi Dokumenter
Studi dokumenter adalah salah satu metode pengumpulan data yang dipergunakan pembimbing dengan jalan melihat/meneliti data-data dokumen siswa yang tersimpan di sekolah/tempat lain. Data pada studi dokumenter adalah data masa lalu, namun demikian dapat untuk meramalkan atau mengungkapkan keadaan/kondisi sekarang. Walapun demikian, tidak semua keadaan/kondisi sekarang dapat diketahui dari data masa lalu. Sumber data studi dokumenter dapat dilihat dari : Buku induk,  Buku pribadi/kartu pribadi, Rapor, Surat-surat keterangan, Buku absen, Kartu pembayaran SPP, OSIS, BP-3, Hasil pengisian angket, cek list, rating scale, hasil karyanya, seperti lukisan, karangan, ketrampilan tangan dll. Dan studi documenter dapat dijadikan bahan pemahaman siswa.
10.  Studi Kasus (Case Study)
Studi kasus adalah suatu tehnik mempelajari seseorang individu secara mendalam untuk membantu memperoleh penyesuaian diri yang lebih baik (I. Djumhur, 1985). Studi kasus adalah metode pengumpulan data yang bersifat integratif dan komprehensif. Integratif artinya menggunakan berbagai tehnik pendekatan dan bersifat komprehensif artinya data yang dikumpulkan meliputi seluruh aspek pribadi individu secara lengkap           (Dewa Ketut Sukardi,1983 ).
a.       Tujuan Studi kasus :
1.        Memahami siswa sebagai individu dalam keunikannya dan dalam keseluruhannya.
2.        Membantu siswa untuk mencapai penyesuaian diri yang lebih baik.
b.      Sasaran Studi Kasus
Yang biasanya dipilih sebagai sasaran bagi studi kasus adalah individu yang menunjukan gejala mengalami kesulitan atau masalah yang serius, sehingga memerlukan bantuan yang serius pula
c.       Ciri-ciri Studi Kasus
Studi kasus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Mengumpulkan data yang lengkap
2. Bersifat rahasia
3. Dilakukan secara terus menerus ( kontinyu )
4. Pengumpulan data dilakukan secara ilmiah
5. Data diperoleh dari berbagai pihak.
Dalam situasi konkrit di Indonesia, tidak mungkin menggunakan semua alat pengumpul data dan semua alat penyimpan data secara serentak, karena di kebanyakan sekolah pelayanan bimbingan dan konseling baru mulai dikembangkan, tidak mungkin dan tidak bijaksana untuk mulai menggunakan alat-alat itu sekaligus semua. Maka perlu ditentukan urutan prioritas, yaitu :
angket, wawancara informatif, buku rapor.
home visit, testing, rating scale
otobiografi, sosiometri, studi kasus
d.      Data yang dikumpulkan dalam studi kasus
Data yang dikumpulkan dalam studi kasus adalah sebagai berikut, al :
1.   Identitas diri
2.   Latar belakang keluarga
3.   Keadaan Kesehatan dan perkembangan jasmani
4.   Latar belakang pendidikan
5.   Kemampuan dasar
6.   Tingkah laku social


DAFTAR PUSTAKA

I Djumhur. (1975). Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Bandung : CV. Ilmu
Amti, Erman & Marjohan. 1992. Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Tim Dosen MK Bidang Kependidikan. 2006. Bimbingan di Sekolah Dasar.
Bandung : Tim Dosen Bimbingan Konseling UPI
Muh Nursalim, 2010 “Media Bimbingan Konseling” Unesa
Arif Sadiman, “Media Pendidikan Pengertian Pengembangan &Pemanfaatannya”